Sejak
sore tadi Fania menunggu pesan singkat dari sang kekasih. Waktu menunjukkan
pukul 19.00 malam, pesan itu tak kunjung diterimanya. Fania tampak mulai
gelisah. Ia kemudian beranjak menemui Tiara di kamarnya yang terletak di sebelah
kamarnya, ia ingin meluapkan kegelisahannya terhadap kekasihnya yang tak
kunjung membalas pesan singkat darinya. “Tok, tok, tok, Tiara...” menunggu
Tiara membuka pintu.
“Masuk aja!”
“Ara, aku kesel sama Aldo. Dia nggak
balas sms aku!!!”
“Kamu udah coba telpon dia? Mungkin
dia sibuk?”
“Tapi aku udah coba tapi enggak
diangkat juga, dia kenapa ya?”
“Kamu udah coba tanya sama temannya?”
“Belum sih, tapi tadi sore aku liat dia di perpus lagi ngerjain tugas katanya sih nunggu temen.”
“Nah, mungkin dia sibuk ngerjain
tugas.”
“Aku harus gimana coba?” Fania
menahan tangis.
“Udah tenang Fan, kamu ingin dia
cepet luluskan? Jadi coba kamu ngertiin dia, seperti aku mengerti
si Dio.”
Fania pun menangis tersedu-sedu,
“Jangan nangis dong Fan, nanti aku coba tanya ke Dio deh. Sekarang kamu
tenangin diri dulu di kamar deh.” Tiara mencoba menghibur Fania. Fania kembali
ke kamarnya. Di dalam kamar Fania merenung hingga tertidur.
Keesokan harinya, Fania melihat
ponselnya yang tergeletak di atas meja belajarnya. Ternyata ada pesan dan
panggilan tak terjawab dari Aldo. Fania pun merasa bersalah karena ia tidak
menjawab telpon dari Aldo. Fania mencoba menelpon balik si Aldo, tetapi tidak
ada jawaban.
Setibanya di kampus Fania bertemu
dengan Dio, “Eh ka Dio, liat si Aldo gak kak?” tanya Fania.
“Tadi
sih aku liat dia di perpus sama temen-temen.”
“Dari
kemaren sibuk banget ya kak, ke perpus terus.”
“Aku
sih nggak, mungkin mereka ada tugas tambahan.”
“Kemaren
malam kaka sama Aldo nggak sih?” tanya Fania dengan heran
“Cuman
nongkrong sebentar sih, terus aku ada urusan lain. Memang si Aldo nggak
ngasih kabar?”
Dari
kejauhan Tiara melihat Fania sedang berbincang dengan Dio dan menghampiri
mereka. “Eh Fania, udah dapet kabar?”
“Belum
Ra.”
“Kak
Dio emang nggak tau Aldo kemana?” tanya Tiara pada Dio.
“Aku
nggak tau sayang.” balas Dio sambil mengelus kepala Tiara.
“Ya
sudah , makasih ya kak. Duluan ya Ra.” Fania pergi dengan harapan kosong. Jam
kuliah telah dimulai, Fania mengikuti perkuliah dengan pikiran yang kacau
sehingga membuat ia sering melamun di kelas. “Fania Zera, apa yang sedang kamu
pikirkan? Ibu liat dari tadi kamu melamun terus.” tegur Bu Suci. “Ehm, tidak
bu!” jawab Fania dengan gugup.
Perkuliahan
telah usai, Fania berniat untuk pergi ke perpustakaan. Di sana ia bertemu
dengan Aldo. Fania terkejut melihat Aldo berdua dengan Caroline. Aldo terkejut
melihat kedatangan Fania. “Fania sayang, kamu ngapain ke sini?” tanya Aldo
dengan perasaan gugup.
“Nggak
ngapa-ngapain, emang aku nggak boleh ke sini?” Fania memandang Caroline dengan
heran.
“Boleh
kok sayang, ini kan fasilitas umum.”
“Eh
itu ada Caroline ,hey ngapain kamu di sini lin?”
“Nyari tugas Fan, kebetulan ketemu
kak Aldo jadi ikut nimbrung deh.” Jawab Caroline gelagapan dan dia kembali
pura-pura membaca buku.
“Oh gitu, yang tadi malam kamu
kemana sih? Aku khawatir sama kamu yang, kamu nggak ada kabar sama sekali.” tanya
Fania heran.
“Aku nggak kemana-mana , aku
sibuk yang. Tadi malam aku juga telpon kamu, sms kamu tapi nggak ada balasan. Udah ya sayang bahasnya nanti aja aku sibuk.”
dengan nada tinggi.
“Ya udah deh, lanjutin aja tugasnya.”
Fania pergi meninggalkan Aldo dan
Caroline. Fania kembali ke kostnya, sesampainya di kost. Fania tidak langsung
ke kamarnya, dia menemui Tiara yang sedang bersantai di kamarnya.
“Aaaarrrraaa” teriak Fania.
“Apa sih Fan? Baru pulang langsung
teriak-teriak gitu.” Melihat Fania dengan wajah kesal.
“Tadi aku ketemu Aldo di perpus sama
cewek?”
“Siapa?” tanya Tiara heran
“Caroline Ra.”
“Caroline? Temen sekelasmu bukan?”
“Iya dia temen sekelasku, tadi aku
liat mereka akrab banget.Tapi dari sikapnya Aldo berubah Ra.”
“Berubah gimana?”
“Dia kayak enggak pengen
diganggu aku.”
“Kamu udah tanya dia dimana tadi
malam?”
“Udah Ra, tapi dia malah nggak mau bahas katanya sibuk
banyak tugas. Padahal di situ ada Caroline.”
Tiba – tiba ponsel Fania berdering tanda
pesan masuk, menghentikan percakapan antara Fania dengan Tiara. Fania terkejut
dengan isi pesan tersebut dan hanya termangu melihat isi pesan itu. “Kamu
kenapa, Fan?” tanya Tiara heran melihat temannya bengong.
“Aku bingung deh sama sms Aldo
tiba-tiba dia nanya nanti jadikan? Padahal kita nggak ada janji.”
Melihat ponsel dengan tatapan bengong. “Mungkin ke temennya kali,” Tiara
mencoba meyakinkan Fania. Fania membalasa pesan dari Aldo ,”Kamu salah kirim?” .
Aldo membalas pesan Fania “Nanti malam aku ada acara sama temenku sayang.”
Malam hari Fania yang sedang asik
mengerjakan tugas, tiba-tiba di ajak oleh Tiara pergi jalan-jalan. “Fan, mau
ikut nggak pergi jalan sama kak Dio?”kata Tiara. “Enggak deh Ra,
kapan-kapan aja.” Sambil tersenyum ke Tiara. Pada waktu pukul 21.00, Tiara
mengetuk pintu kamar Fania. Fania belum tertidur, ia membukakan pintu untuk
Tiara. “Ada apa Ra? Baru pulang?” tanya Fania heran.
“Maaf ganggu, tadi aku ketemu sama
Aldo dan Caroline nonton bioskop bareng.” Menatap wajah Fania dengan perasaan
bersalah.
“Nonton dimana? Sama siapa aja?
Mereka nggak hanya berdua kan?”
“Harapannya sih begitu tapi
kenyataannya berdua.”
“Tadi sih kak Dio tanya aku Fania
sama Aldo emang putus ? Aku jawab belum, emang belum kan Fan?”
“Belum Ra, kok bisa mereka cuman
berdua.”
“Aku juga nggak tau, waktu
aku nyamperin mereka kak Aldo gugup gitu Fan!”
“Astaga, kamu nggak bohongkan Ra?”
“Ngapain aku bohong ? Kalau kamu
nggak percaya besok tanya kak Dio deh.”
Perasaan Fania mulai diselimuti oleh
kecuurigaan. Dia tak habis pikir kalau kekasihnya itu tega melakukan itu semua,
bila dikaitkan dengan sikap yang dia tunjukkan akhir-akhir ini. Fania mencoba
untuk berpikir jernih tentang apa yang Tiara lihat. Dia bertekad untuk bertanya
kepada kak Dio tentang kebenaran apa yang dibicarakan oleh Tiara.
Saat di kampus Fania bertemu dengan kak
Dio. “Kak, ada yang mau aku tanyain boleh?”
“Boleh, tanya aja. Mau nanya apa?”
“Tadi malam kakak sama Tiara ketemu
sama Aldo ya?”
“Iyah” jawab Dio.
“Beneran kak, dia sama Caroline?”
“Eeee, iya sih, Tiara cerita?”
“Iyah ka, Tiara yang cerita.”
“Lebih kamu tanya langsung ke Aldo.
Aku kira kamu udah putus sama Aldo.”
“Belum kok ka, makasih ya ka.”
“Aku duluan ya.” Sambil meninggalkan
Fania
Fania hanya bisa termangu melihat
Dio pergi. Setelah itu Fania melihat Aldo dari kejauhan membawa es krim. Fania
mengikuti Aldo dari belakang dan terkejutnya Fania bahwa es krim diberikan
kepada Caroline. Fania tidak tahan melihat sikap Aldo seperti itu dan
menghampiri mereka berdua. “Aldo...” menatap dengan tatapan penuh amarah.
“Eeeee Fania sayang, kok kamu di sini?” sambil berdiri dan menarik Fania untuk
menjauh dari Caroline menuju lorong kantin.
“Kenapa? Aku salah ke sini? Emang
aku nggak boleh ke sini?” menatap dengan mata yang mulai berkaca.
“Boleh, kok kamu nangis sih sayang?”
berusaha mengusap air mata Fania.
Fania menepis tangan Aldo “Nggak
perlu kamu ngelakuin ini semua, aku udah tau semuanya Do!!!” terus menangis.
“Tau apa sih sayang? Kamu kenapa
datang-datang marah sama aku?” menatap dengan perasaan bersalah.
“Kamu habis jalankan sama Caroline?
Kamu selingkuhkan sama Caroline?”
“Enggak sayang, aku enggak
selingkuh. Aku itu sibuk sama tugas akhirku yang!!!”
“Terus kenapa kamu sekarang sama
Caroline?”
“Cuman teman sayang.”
“Teman harus sedekat itukah? Dia kan
satu kelas dengan aku? Emang tugas kamu berhubungan dengan Caroline ya? Jurusan
kamu dengan Caroline kan beda? Terus kenapa harus dengan Caroline sedangkan
sama aku kamu nggak ada waktu, sibuk ngerjain tugas!!!”
“Ya kan namanya juga temen sayang, itu
cuman kebetulan sayang.”
“Kebetulan kok kamu beli es krim
buat dia?”
“Ya emang nggak boleh? Udah sih
sayang masalah kecil kamu besar-besarrin.” dengan santai
“Bukannya ngebesar-besarrin. Tapi
akhir-akhir ini kamu berubah? Kamu nggak kayak dulu lagi? Aku kangen Aldo Pratama
yang dulu?” terus menangis.
Aldo hanya bisa
menundukkan kepala, Aldo tidak bisa menjawab hanya terdengar helaan
nafasnya”Huuuh”. Aldo hanya bisa bilang “Maaf.”
“Kamu udah mulai nggak jujur sama
aku, kamu berubah.” Mencoba tersenyum.
“Sayang, aku minta maaf sekarang aku
ingin fokus dengan tugas akhir dulu sayang aku lagi nggak pengen
ngurusin masalah hubungan dulu” Aldo mencoba memberi penjelasan ke Fania. “Oke
sayang kalau itu mau kamu, aku tetap di sini mendukung kamu dan mengerti kamu”
jawab Fania dengan tenang. Aldo pun memeluk Fania “Makasih sayang udah mengerti
keadaan.”
Fania pun mencoba mempercayai Aldo
kembali. Setelah kejadian di kantin Aldo berubah tidak pernah menghubungi Fania
dan Caroline mulai menjauhi Fania. Fania merasa ada sesuatu yang berbeda dari
Caroline yang selalu menghindar darinya, ia pun mulai curiga terhadap sikap
Caroline kepadanya tetapi Fania menepis semua pikiran negatifnya tentang Aldo
dan Caroline. Ketika Fania ingin pulang di depan kampus ia bertemu dengan Tiara
“Aaaarraa” panggil Fania. Tiara pun menghentikan langkahnya “Eh kamu Fan, ada
apa? Mau kemana kamu?” tanya Tiara.
“Oh cuman manggil hehe mau pulang.
Kamu mau kemana?” jawab Fania tersenyum
“Sama dong, pulang bareng yuk” ajak
Tiara.
“Yuk” jawab Fania.
“Gimana hubungan dengan Aldo?” tanya
Tiara.
“Bingung aku Ra dengan semuanya”
jawab Fania tertunduk.
“Kenapa ? Kok bisa? Cerita dong
Fan?” sambil memeluk Fania sebelum masuk ke dalam rumah.
“Kita cerita di kamar kamu ya
seperti biasa” ajak Fania.
Tiara pun mengangguk, mengiyakan
ajakan Fania. Mereka tiba di kamar Tiara, “Ayo ceritakan semuanya biar kamu
lega juga Fan” Tiara menarik tangan Fania untuk duduk di sampingnya.
“Akhir-akhir ini Aldo nggak pernah
hubungin aku duluan Ra, alasannya karena dia sibuk dengan tugas akhirlah dan nggak
mau musingin soal hubungan dulu. Okelah aku ngertiin dia tentang semua itu,
aku bersabar menunggu dia selesai tugas akhir, aku juga pengen dia cepat lulus
Ra makanya aku mencoba mengerti dia. Tapi Caroline sikapnya berubah Ra, dia
selalu ingin menghindar dariku Ra padahal aku biasa aja sama dia Ra. Ya
perasaan curiga ada sih Ra, tapi aku selalu mencoba berfikir positif kepada
mereka berdua mungkin memang benar mereka berdua” cerita Fania.
“Kamu coba tanya baik-baik sama Aldo
kenapa nggak pernah hubungin kamu? Kamu juga nggak coba tanya juga
sama Caroline kenapa sikap dia begitu sama kamu?” tanya Tiara.
“Aku udah coba Ra tanya sama Aldo
tetapi dengan alasan yang sama dan selalu menggunakan nada tinggi Ra. Kalau
sama Caroline aku belum coba tanya Ra” jawab Fania menahan Tangis. “Kok begitu
sih ? Nah, coba kamu tanya baik-baik sama Caroline kenapa dia begitu sama
kamu?” Tiara memberikan nasehat ke Fania. “Aku juga nggak tau Ra, iya besok deh saya coba bicara dengan
Caroline. Aku ke kamar dulu ya Ra” Fania pamit pergi ke kamarnya. “Iyah Fan,
kamu yang sabar ya” Tiara memberi semangat kepada Fania.
Keesokan harinya, saat di kampus
Fania bertemu dengan Caroline setelah usai jam perkuliahan. “Caroline” sapa
Fania.
“Eh Fania ada apa?” jawab Caroline
dengan gugup.
“Oh nggak apa-apa, bisa kita
ngobrol-ngobrol bentar” Fania tersenyum.
“Boleh Fan, mau ngobrol dimana?”
“Di kantin belakang yuk Lin” ajak
Fania. Caroline pun mengikuti Fania menuju kantin belakang.
“Mau minum atau makan Lin?” tawar
Fania.
“Minum saja Fan” Caroline tersenyum.
“Oke.” Fania memesan minuman.”Oh ya
Lin boleh tanya sesuatu?” Fania memulai pembicaraan. “Boleh kok Fan, mau tanya
apa?” jawab Caroline dengan santai.
“Kamu kenapa kok akhir-akhir ini
beda seperti ingin menghindar kalau berpas-passan denganku?”
“Oh, aku nggak menghindar kok
Fan aku cuman nggak enak aja sama kamu waktu kejadian kamu sama Aldo
berantem di kantin karena aku Fan. Aku akan jelasin ke kamu Fan, kalau Aldo itu
ternyata cowok yang nggak baik buat kamu Fan tapi kamu jangan marah ya?”
Caroline mencoba menjelaskan.
“Yaelah Lin, santai aja sih
soal kemaren mah akunya aja yang emosi. Coba jelasin aja Lin nggak apa-apa
kok, iya aku nggak marah Lin” jawab Fania tersenyum.
“Aldo pernah bilang suka Fan sama
aku, makanya aku menghindar dari kamu tapi aku nggak terima dia Fan aku masih
menjaga perasaan kamu. Aku nggak mau menghianati teman sendiri, aku juga
tau posisi kamu masih berhubungan dengan dia. Aldo bilang suka bukan hanya ke
aku Fan tapi ke temenku juga namanya Meisa, aku pernah tanya ke Aldo, dia kenal
Meisa nggak tapi dia jawab nggak kenal sama Meisa Fan. Aku juga
coba tanya sama Meisa kenal Aldo nggak dia jawab bahwa Meisa juga
kekasihnya Aldo Fan ternyata aku sempet nggak percaya tapi itu kenyataan
Fan, kalau kamu nggak percaya kamu baca pesan singkat dari Meisa”
Caroline menunjukkan pesan singkat dari Meisa. Fania terkejut membaca isi pesan
singkat tersebut, air mata Fania tak terbendung lagi dan memeluk Caroline.”Fan,
kamu cantik. Kamu bisa mendapatkan yang lebih baik dari Aldo. Kamu enggak boleh
dibodohi terus oleh Aldo Fan, tetapi semua keputusan ada ditangan kamu Fan aku nggak
mau ikut campur” Caroline memeluk Fania dengan erat. “Terima kasih Lin, atas
penjelasannya” Fania mencoba tersenyum.
Malamnya
Fania mencoba menenangkan pikirannya akhirnya memutuskan untuk mengakhiri
hubungannya dengan Aldo. Ia mencoba mengajak Aldo bertemu di sebuah kedai kopi ,
“Hai, ada apa sayang?” jawab Aldo.
“Hai,tumben
mau diajak ketemu. Ada yang ingin aku bicarain do. Aldo maaf ya kita akhiri
saja hubungan ini. Aku sudah tau semuanya dan aku udah tau tentang Meisa. Maaf
Aldo kamu sudah terlalu menghianati kepercayaanku sama kamu Do” Fania
menjelaskan dengan tegas dan menahan tangis .
“Tapi
Fan, baikklah Fan aku tidak bisa memaksa kamu lagi untuk bertahan denganku.
Maafkan aku yang telah mengkhianatimu. Tapi beri aku kesempatan lagi Fan untuk
memperbaiki semuanya” Aldo memohon.
“Maaf
nggak bisa Aldo” Fania meninggalkan Aldo yang masih terdiam di kedai
kopi. Keesokan harinya Aldo mencoba menghubungi Fania untuk meminta Fania
kembali menjadi kekasihnya. Fania tetap pada pendiriannya untuk tidak kembali dengan
Aldo. rasa kecewa dirasakan Fania atas perilaku Aldo yang telah menghiantai
cintanya. Kekecewaan itu meninggalkan luka yang amat dalam.
Fania
yakin suatu saat dia akan mendapatka yang lebih baik. Sebulan setelah kejadian
itu, Fania berhasil melewati semuanya dan move on dari Aldo. Akhirnya,
Fania menemukan cinta barunya dengan Tio.