Senin, 24 April 2017

Dua Wajah Oleh Dania Salma



Sejak sore tadi Fania menunggu pesan singkat dari sang kekasih. Waktu menunjukkan pukul 19.00 malam, pesan itu tak kunjung diterimanya. Fania tampak mulai gelisah. Ia kemudian beranjak menemui Tiara di kamarnya yang terletak di sebelah kamarnya, ia ingin meluapkan kegelisahannya terhadap kekasihnya yang tak kunjung membalas pesan singkat darinya. “Tok, tok, tok, Tiara...” menunggu Tiara membuka pintu.
            “Masuk aja!”
            “Ara, aku kesel sama Aldo. Dia nggak balas sms aku!!!”
            “Kamu udah coba telpon dia? Mungkin dia sibuk?”
            “Tapi aku udah coba tapi enggak diangkat juga, dia kenapa ya?”
            “Kamu udah coba tanya sama temannya?”
            “Belum sih, tapi tadi sore aku liat  dia di perpus lagi ngerjain tugas katanya sih  nunggu temen.”
            “Nah, mungkin dia sibuk ngerjain tugas.”
            “Aku harus gimana coba?” Fania menahan tangis.
            “Udah tenang Fan, kamu ingin dia cepet luluskan?  Jadi  coba kamu ngertiin dia, seperti aku mengerti si Dio.”
            Fania pun menangis tersedu-sedu, “Jangan nangis dong Fan, nanti aku coba tanya ke Dio deh. Sekarang kamu tenangin diri dulu di kamar deh.” Tiara mencoba menghibur Fania. Fania kembali ke kamarnya. Di dalam kamar Fania merenung hingga tertidur.
            Keesokan harinya, Fania melihat ponselnya yang tergeletak di atas meja belajarnya. Ternyata ada pesan dan panggilan tak terjawab dari Aldo. Fania pun merasa bersalah karena ia tidak menjawab telpon dari Aldo. Fania mencoba menelpon balik si Aldo, tetapi tidak ada jawaban.
            Setibanya di kampus Fania bertemu dengan Dio, “Eh ka Dio, liat si Aldo gak kak?” tanya Fania.
“Tadi sih aku liat dia di perpus sama temen-temen.”
“Dari kemaren sibuk banget ya kak, ke perpus terus.”
“Aku sih nggak, mungkin mereka ada tugas tambahan.”
“Kemaren malam kaka sama Aldo nggak sih?” tanya Fania dengan heran
“Cuman nongkrong sebentar sih, terus aku ada urusan lain. Memang si Aldo nggak ngasih kabar?”
Dari kejauhan Tiara melihat Fania sedang berbincang dengan Dio dan menghampiri mereka. “Eh Fania, udah dapet kabar?”
“Belum Ra.”
“Kak Dio emang nggak tau Aldo kemana?” tanya Tiara pada Dio.
“Aku nggak tau sayang.” balas Dio sambil mengelus kepala Tiara.
“Ya sudah , makasih ya kak. Duluan ya Ra.” Fania pergi dengan harapan kosong. Jam kuliah telah dimulai, Fania mengikuti perkuliah dengan pikiran yang kacau sehingga membuat ia sering melamun di kelas. “Fania Zera, apa yang sedang kamu pikirkan? Ibu liat dari tadi kamu melamun terus.” tegur Bu Suci. “Ehm, tidak bu!” jawab Fania dengan gugup.
Perkuliahan telah usai, Fania berniat untuk pergi ke perpustakaan. Di sana ia bertemu dengan Aldo. Fania terkejut melihat Aldo berdua dengan Caroline. Aldo terkejut melihat kedatangan Fania. “Fania sayang, kamu ngapain ke sini?” tanya Aldo dengan perasaan gugup.
Nggak ngapa-ngapain, emang aku nggak boleh ke sini?” Fania memandang Caroline dengan heran.
“Boleh kok sayang, ini kan fasilitas umum.”
“Eh itu ada Caroline ,hey ngapain kamu di sini lin?”
            “Nyari tugas Fan, kebetulan ketemu kak Aldo jadi ikut nimbrung deh.” Jawab Caroline gelagapan dan dia kembali pura-pura membaca buku.
            “Oh gitu, yang tadi malam kamu kemana sih? Aku khawatir sama kamu yang, kamu nggak ada kabar sama sekali.” tanya Fania heran.
            “Aku nggak kemana-mana , aku sibuk yang. Tadi malam aku juga telpon kamu, sms kamu tapi nggak ada balasan.  Udah ya sayang bahasnya nanti aja aku sibuk.” dengan nada tinggi.
            “Ya udah deh, lanjutin aja tugasnya.”
            Fania pergi meninggalkan Aldo dan Caroline. Fania kembali ke kostnya, sesampainya di kost. Fania tidak langsung ke kamarnya, dia menemui Tiara yang sedang bersantai di kamarnya.
            “Aaaarrrraaa” teriak Fania.
            “Apa sih Fan? Baru pulang langsung teriak-teriak gitu.” Melihat Fania dengan wajah kesal.
            “Tadi aku ketemu Aldo di perpus sama cewek?”
            “Siapa?” tanya Tiara heran
            “Caroline Ra.”
            “Caroline? Temen sekelasmu bukan?”
            “Iya dia temen sekelasku, tadi aku liat mereka akrab banget.Tapi dari sikapnya Aldo berubah Ra.”
            “Berubah gimana?”
            “Dia kayak enggak pengen diganggu aku.”
            “Kamu udah tanya dia dimana tadi malam?”
            “Udah Ra, tapi dia  malah nggak mau bahas katanya sibuk banyak tugas. Padahal di situ ada Caroline.”
            Tiba – tiba ponsel Fania berdering tanda pesan masuk, menghentikan percakapan antara Fania dengan Tiara. Fania terkejut dengan isi pesan tersebut dan hanya termangu melihat isi pesan itu. “Kamu kenapa, Fan?” tanya Tiara heran melihat temannya bengong.
            “Aku bingung deh sama sms Aldo tiba-tiba dia nanya nanti jadikan? Padahal kita nggak ada janji.” Melihat ponsel dengan tatapan bengong. “Mungkin ke temennya kali,” Tiara mencoba meyakinkan Fania. Fania membalasa pesan dari Aldo ,”Kamu salah kirim?” . Aldo membalas pesan Fania “Nanti malam aku ada acara sama temenku sayang.”
            Malam hari Fania yang sedang asik mengerjakan tugas, tiba-tiba di ajak oleh Tiara pergi jalan-jalan. “Fan, mau ikut nggak pergi jalan sama kak Dio?”kata Tiara. “Enggak deh Ra, kapan-kapan aja.” Sambil tersenyum ke Tiara. Pada waktu pukul 21.00, Tiara mengetuk pintu kamar Fania. Fania belum tertidur, ia membukakan pintu untuk Tiara. “Ada apa Ra? Baru pulang?” tanya Fania heran.
            “Maaf ganggu, tadi aku ketemu sama Aldo dan Caroline nonton bioskop bareng.” Menatap wajah Fania dengan perasaan bersalah.
            “Nonton dimana? Sama siapa aja? Mereka nggak hanya berdua kan?”
            “Harapannya sih begitu tapi kenyataannya berdua.”
            “Tadi sih kak Dio tanya aku Fania sama Aldo emang putus ? Aku jawab belum, emang belum kan Fan?”
            “Belum Ra, kok bisa mereka cuman berdua.”
            “Aku juga nggak tau, waktu aku nyamperin mereka kak Aldo gugup gitu Fan!”
            “Astaga, kamu nggak bohongkan Ra?”
            “Ngapain aku bohong ? Kalau kamu nggak percaya besok tanya kak Dio deh.”
            Perasaan Fania mulai diselimuti oleh kecuurigaan. Dia tak habis pikir kalau kekasihnya itu tega melakukan itu semua, bila dikaitkan dengan sikap yang dia tunjukkan akhir-akhir ini. Fania mencoba untuk berpikir jernih tentang apa yang Tiara lihat. Dia bertekad untuk bertanya kepada kak Dio tentang kebenaran apa yang dibicarakan oleh Tiara.
            Saat di kampus Fania bertemu dengan kak Dio. “Kak, ada yang mau aku tanyain boleh?”
            “Boleh, tanya aja. Mau nanya apa?”
            “Tadi malam kakak sama Tiara ketemu sama Aldo ya?”
            “Iyah” jawab Dio.
            “Beneran kak, dia sama Caroline?”
            “Eeee, iya sih, Tiara cerita?”
            “Iyah ka, Tiara yang cerita.”
            “Lebih kamu tanya langsung ke Aldo. Aku kira kamu udah putus sama Aldo.”
            “Belum kok ka, makasih ya ka.”
            “Aku duluan ya.” Sambil meninggalkan Fania
            Fania hanya bisa termangu melihat Dio pergi. Setelah itu Fania melihat Aldo dari kejauhan membawa es krim. Fania mengikuti Aldo dari belakang dan terkejutnya Fania bahwa es krim diberikan kepada Caroline. Fania tidak tahan melihat sikap Aldo seperti itu dan menghampiri mereka berdua. “Aldo...” menatap dengan tatapan penuh amarah. “Eeeee Fania sayang, kok kamu di sini?” sambil berdiri dan menarik Fania untuk menjauh dari Caroline menuju lorong kantin.
            “Kenapa? Aku salah ke sini? Emang aku nggak boleh ke sini?” menatap dengan mata yang mulai berkaca.
            “Boleh, kok kamu nangis sih sayang?” berusaha mengusap air mata Fania.
            Fania menepis tangan Aldo “Nggak perlu kamu ngelakuin ini semua, aku udah tau semuanya Do!!!” terus menangis.
            “Tau apa sih sayang? Kamu kenapa datang-datang marah sama aku?” menatap dengan perasaan bersalah.
            “Kamu habis jalankan sama Caroline? Kamu selingkuhkan sama Caroline?”
            “Enggak sayang, aku enggak selingkuh. Aku itu sibuk sama tugas akhirku yang!!!”
            “Terus kenapa kamu sekarang sama Caroline?”
            “Cuman teman sayang.”
            “Teman harus sedekat itukah? Dia kan satu kelas dengan aku? Emang tugas kamu berhubungan dengan Caroline ya? Jurusan kamu dengan Caroline kan beda? Terus kenapa harus dengan Caroline sedangkan sama aku kamu nggak ada waktu, sibuk ngerjain tugas!!!”
            “Ya kan namanya juga temen sayang, itu cuman kebetulan sayang.”
            “Kebetulan kok kamu beli es krim buat dia?”
            “Ya emang nggak boleh? Udah sih sayang masalah kecil kamu besar-besarrin.” dengan santai
            “Bukannya ngebesar-besarrin. Tapi akhir-akhir ini kamu berubah? Kamu nggak kayak dulu lagi? Aku kangen Aldo Pratama yang dulu?” terus menangis.
Aldo hanya bisa menundukkan kepala, Aldo tidak bisa menjawab hanya terdengar helaan nafasnya”Huuuh”. Aldo hanya bisa bilang “Maaf.”
            “Kamu udah mulai nggak jujur sama aku, kamu berubah.” Mencoba tersenyum.
            “Sayang, aku minta maaf sekarang aku ingin fokus dengan tugas akhir dulu sayang aku lagi nggak pengen ngurusin masalah hubungan dulu” Aldo mencoba memberi penjelasan ke Fania. “Oke sayang kalau itu mau kamu, aku tetap di sini mendukung kamu dan mengerti kamu” jawab Fania dengan tenang. Aldo pun memeluk Fania “Makasih sayang udah mengerti keadaan.”
            Fania pun mencoba mempercayai Aldo kembali. Setelah kejadian di kantin Aldo berubah tidak pernah menghubungi Fania dan Caroline mulai menjauhi Fania. Fania merasa ada sesuatu yang berbeda dari Caroline yang selalu menghindar darinya, ia pun mulai curiga terhadap sikap Caroline kepadanya tetapi Fania menepis semua pikiran negatifnya tentang Aldo dan Caroline. Ketika Fania ingin pulang di depan kampus ia bertemu dengan Tiara “Aaaarraa” panggil Fania. Tiara pun menghentikan langkahnya “Eh kamu Fan, ada apa? Mau kemana kamu?” tanya Tiara.
            “Oh cuman manggil hehe mau pulang. Kamu mau kemana?” jawab Fania tersenyum
            “Sama dong, pulang bareng yuk” ajak Tiara.
            “Yuk” jawab Fania.
            “Gimana hubungan dengan Aldo?” tanya Tiara.
            “Bingung aku Ra dengan semuanya” jawab Fania tertunduk.
            “Kenapa ? Kok bisa? Cerita dong Fan?” sambil memeluk Fania sebelum masuk ke dalam rumah.
            “Kita cerita di kamar kamu ya seperti biasa” ajak Fania.
            Tiara pun mengangguk, mengiyakan ajakan Fania. Mereka tiba di kamar Tiara, “Ayo ceritakan semuanya biar kamu lega juga Fan” Tiara menarik tangan Fania untuk duduk di sampingnya.
            “Akhir-akhir ini Aldo nggak pernah hubungin aku duluan Ra, alasannya karena dia sibuk dengan tugas akhirlah dan nggak mau musingin soal hubungan dulu. Okelah aku ngertiin dia tentang semua itu, aku bersabar menunggu dia selesai tugas akhir, aku juga pengen dia cepat lulus Ra makanya aku mencoba mengerti dia. Tapi Caroline sikapnya berubah Ra, dia selalu ingin menghindar dariku Ra padahal aku biasa aja sama dia Ra. Ya perasaan curiga ada sih Ra, tapi aku selalu mencoba berfikir positif kepada mereka berdua mungkin memang benar mereka berdua” cerita Fania.
            “Kamu coba tanya baik-baik sama Aldo kenapa nggak pernah hubungin kamu? Kamu juga nggak coba tanya juga sama Caroline kenapa sikap dia begitu sama kamu?” tanya Tiara.
            “Aku udah coba Ra tanya sama Aldo tetapi dengan alasan yang sama dan selalu menggunakan nada tinggi Ra. Kalau sama Caroline aku belum coba tanya Ra” jawab Fania menahan Tangis. “Kok begitu sih ? Nah, coba kamu tanya baik-baik sama Caroline kenapa dia begitu sama kamu?” Tiara memberikan nasehat ke Fania. “Aku juga nggak  tau Ra, iya besok deh saya coba bicara dengan Caroline. Aku ke kamar dulu ya Ra” Fania pamit pergi ke kamarnya. “Iyah Fan, kamu yang sabar ya” Tiara memberi semangat kepada Fania.
            Keesokan harinya, saat di kampus Fania bertemu dengan Caroline setelah usai jam perkuliahan. “Caroline” sapa Fania.
            “Eh Fania ada apa?” jawab Caroline dengan gugup.
            “Oh nggak apa-apa, bisa kita ngobrol-ngobrol bentar” Fania tersenyum.
            “Boleh Fan, mau ngobrol dimana?”
            “Di kantin belakang yuk Lin” ajak Fania. Caroline pun mengikuti Fania menuju kantin belakang.
            “Mau minum atau makan Lin?” tawar Fania.
            “Minum saja Fan” Caroline tersenyum.
            “Oke.” Fania memesan minuman.”Oh ya Lin boleh tanya sesuatu?” Fania memulai pembicaraan. “Boleh kok Fan, mau tanya apa?” jawab Caroline dengan santai.
            “Kamu kenapa kok akhir-akhir ini beda seperti ingin menghindar kalau berpas-passan denganku?”
            “Oh, aku nggak menghindar kok Fan aku cuman nggak enak aja sama kamu waktu kejadian kamu sama Aldo berantem di kantin karena aku Fan. Aku akan jelasin ke kamu Fan, kalau Aldo itu ternyata cowok yang nggak baik buat kamu Fan tapi kamu jangan marah ya?” Caroline mencoba menjelaskan.
            Yaelah Lin, santai aja sih soal kemaren mah akunya aja yang emosi. Coba jelasin aja Lin nggak apa-apa kok, iya aku nggak marah Lin” jawab Fania tersenyum.
            “Aldo pernah bilang suka Fan sama aku, makanya aku menghindar dari kamu tapi aku nggak terima dia Fan aku masih menjaga perasaan kamu. Aku nggak mau menghianati teman sendiri, aku juga tau posisi kamu masih berhubungan dengan dia. Aldo bilang suka bukan hanya ke aku Fan tapi ke temenku juga namanya Meisa, aku pernah tanya ke Aldo, dia kenal Meisa nggak tapi dia jawab nggak kenal sama Meisa Fan. Aku juga coba tanya sama Meisa kenal Aldo nggak dia jawab bahwa Meisa juga kekasihnya Aldo Fan ternyata aku sempet nggak percaya tapi itu kenyataan Fan, kalau kamu nggak percaya kamu baca pesan singkat dari Meisa” Caroline menunjukkan pesan singkat dari Meisa. Fania terkejut membaca isi pesan singkat tersebut, air mata Fania tak terbendung lagi dan memeluk Caroline.”Fan, kamu cantik. Kamu bisa mendapatkan yang lebih baik dari Aldo. Kamu enggak boleh dibodohi terus oleh Aldo Fan, tetapi semua keputusan ada ditangan kamu Fan aku nggak mau ikut campur” Caroline memeluk Fania dengan erat. “Terima kasih Lin, atas penjelasannya” Fania mencoba tersenyum.
Malamnya Fania mencoba menenangkan pikirannya akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Aldo. Ia mencoba mengajak Aldo bertemu di sebuah kedai kopi , “Hai, ada apa sayang?” jawab Aldo.
“Hai,tumben mau diajak ketemu. Ada yang ingin aku bicarain do. Aldo maaf ya kita akhiri saja hubungan ini. Aku sudah tau semuanya dan aku udah tau tentang Meisa. Maaf Aldo kamu sudah terlalu menghianati kepercayaanku sama kamu Do” Fania menjelaskan dengan tegas dan menahan tangis .
“Tapi Fan, baikklah Fan aku tidak bisa memaksa kamu lagi untuk bertahan denganku. Maafkan aku yang telah mengkhianatimu. Tapi beri aku kesempatan lagi Fan untuk memperbaiki semuanya” Aldo memohon.
“Maaf nggak bisa Aldo” Fania meninggalkan Aldo yang masih terdiam di kedai kopi. Keesokan harinya Aldo mencoba menghubungi Fania untuk meminta Fania kembali menjadi kekasihnya. Fania tetap pada pendiriannya untuk tidak kembali dengan Aldo. rasa kecewa dirasakan Fania atas perilaku Aldo yang telah menghiantai cintanya. Kekecewaan itu meninggalkan luka yang amat dalam.
Fania yakin suatu saat dia akan mendapatka yang lebih baik. Sebulan setelah kejadian itu, Fania berhasil melewati semuanya dan move on dari Aldo. Akhirnya, Fania menemukan cinta barunya dengan Tio.  
                

Tidak ada komentar: